Minggu, 24 Juli 2011

Berita May Sheilla di Harian Tabengan

Harian Umum Tabengan, 

Geliat Industri Rekaman di Kalteng

Untuk urusan recording dan masterisasi klip musik, musisi maupun seniman Kalteng sudah bisa membuatnya di daerah sendiri. Kualitas audio dan videonya tak kalah dengan produksi di kota-kota maju.

Selamat datang di ’markas’ May Sheilla. Lokasinya di sebuah kompleks perumahan warga, Jalan Wortel, pinggiran Kota Palangka Raya.


Sebuah rumah tanpa pagar dengan papan nama seukuran hampir 1x1,2 meter merupakan pemandangan yang akan menyapa kedatangan anda.


Memasuki rumah, terdapat tiga ruang ’rahasia’. Pertama,  ruang tamu yang dengan cepat bisa dialihfungsi untuk tempat pengepakan barang. Kedua, ruang tengah atau ruang keluarga yang juga digunakan untuk mendesain dan masterisasi produk.

Ruang ketiga merupakan tempat yang tertutup. Tanpa ijin dari pemilik tempat, jangankan orang, seekor lalat pun takkan mampu masuk ke dalam.

Tempat itu memang dibuat kedap suara. Isinya perabot rekaman, alat musik, perkakas soundsystem, dan perangkat tambahan seperti kursi.

Tak sekadar kedap suara, ruang itu juga kedap cahaya. Hanya lampu dengan kekuatan sekitar 5 watt yang ’diperkenankan’ meneranginya. Inilah studio sederhana May Sheilla.

Semua tampak sederhana memang. Namun, di rumah milik Musthari alias Nanang May Sheilla inilah berbagai karya yang luar biasa dibuat. Diistilahkan luar biasa karena karya itu murni hasil kerja keras putra-putri Bumi Tambun Bungai. Luar biasa karena apa yang mereka hasilkan ini biasanya hanya mampu diproduksi Jakarta, Surabaya, atau kota-kota besar lainnya di Indonesia.

May Sheilla adalah salah satu label industri rekaman yang dijalankan sepenuhnya oleh tangan-tangan terampil Kalteng. Karena orang-orangnya lokal, tujuan dan lingkup karya mereka pun diutamakan untuk kepentingan seniman dan musisi lokal. Meski, tak menutup kemungkinan untuk menerima pesanan masterisasi karya seniman maupun musisi dari luar.

Industri recording atau rekaman ini berdiri sekitar tiga tahun lalu. Kru-nya merupakan musisi dan seniman yang tergabung dalam grup band May Sheilla yang berafiliasi ke gender musik dangdut, pop, dan rock.

”Semuanya berawal dari hoby musik karena kita merupakan grup band dangdut. Kemudian kami coba-coba bikin klip lagu sendiri dengan perangkat audio dan video seadanya,” ujar Nanang May Sheilla, membuka cerita kepada Tabengan, Sabtu (18/6).

Karya ’iseng’ itu ternyata mendapat apresiasi positif dari banyak pihak, tak terkecuali para seniman dan musisi Bumi Tambun Bungai.

Alhasil, Nanang May Sheilla dan kawan-kawan termotivasi untuk mengembangkan aktivitas recording serta masterisasi klip lagu itu.

Dengan kocek seadanya, mereka kemudian menambah perangkat pendukung pembuatan studio musik. Meski hingga kini kelengkapan sarana itu masih alakadarnya, namun dengan motivasi besar serta skill otodidak yang ada, mereka mampu menghasilkan karya yang prima.

Adalah Acim Samba dan Erika, musisi sekaligus penyanyi Kabupaten Katingan yang menjadi obyek proyek komersil May Sheilla yang pertama. Untuk urusan recording dan masterisasi klip lagu, sebelumnya Acim Samba dan Erika mempercayakan pengerjaan itu ke studio musik di Jakarta. Mengetahui di Palangka Raya sudah ada industri sejenis yang mampu menghasilkan klip lagu dengan kualitas audio dan visual yang tak kalah dari luar, keduanya pun beralih ke May Sheilla.

“Hingga saat ini kita sudah membuat 10 album dari musisi di Katingan maupun Palangka Raya. Per pesanan hingga selesai kita mematok biaya Rp35 juta. Biaya ini juga bisa dinego. Kalau di luar (daerah), seperti Jakarta, biayanya Rp150 juta,” ujar Nanang.

Dalam menjalankan usaha itu, Nanang dibantu oleh sejumlah kru lokal. Dalam struktur, mereka diistilahkan dengan Crew Management May Sheilla. Antara lain, Dull pada video editing, Sugiansyah pada player merangkap pencipta lagu daerah dan arranger musik, Hadri pada player, Anang Mandolin, Hadri, dan Ugan pada player dan lighting, dan Dayat Avday pada dokumentasi foto.

Di jajaran manajemen sekaligus artis May Sheilla, personelnya adalah Saiful Rahman (merangkap penyanyi, pencipta lagu dan arranger musik), Iciw Gusniaty dan Mey Shanty, Hendry, Aliya Brilianty, Haris, Musthari dan Ditha.

Selain memiliki memiliki artis dewasa, May Sheilla juga membina artis cilik seperti May Sheilla, Ican, dan Lala Piawan.

Sedangkan untuk pemasaran, May Sheilla dibantu oleh Sadiman, pemilik toko kaset dan DVD/VCD Alya Dita, Jalan Seth Adji Palangka Raya.

Ia menyebut, May Shella berkomitmen untuk membantu musisi-musisi lokal agar makin getol berkarya, dengan membantu recording maupun masterisasi lagu maupun karya seni mereka. “Selama ini klip yang kita garap memang lebih banyak pop dangdut berbahasa daerah. Tapi kita juga tidak menutup diri apabila ada pesanan dengan latar jalur musik atau seni yang lain,” ujarnya.

Ia menambahkan, selain dangdut daerah, pihaknya juga sudah memproduksi album pop daerah, lagu anak-anak daerah, karungut dan lain-lain. “Paling banyak memang dangdut berbahasa daerah (Dayak Ngaju) karena banyaknya permintaan pangsa pasar yang mencapai 80 persen,” sebutnya.

Nanang berharap, karya yang mereka hasilkan bersama musisi dan seniman lokal ini dapat diterima serta dihargai oleh konsumen lokal. Menghargai, berarti tidak membeli album bajakan. Sebab, tambah Nanang, dari keuntungan penjualan keping VCD dan DVD itulah mereka serta para musisi dan seniman lokal hidup dan menghasilkan karya. (Saripudin/Tabengan)

Sumber : http://media.hariantabengan.com/index/detailpalangkarayaberitaphoto/id/13309

2 komentar: